1949
Berlari di antara lekuk-lekuk pematang sawah, seorang anak laki laki berusia sekitar 12 tahun, mencari tempat para pengungsi. Tak jarang anak itu jatuh-bangun dalam berlari.
Ya. Ia tertinggal saat para penduduk kampung mengungsi ke tempat yang lebih aman dari perang. Agresi militer Belanda kedua.
Pukul tujuh pagi. Saat tentara Belanda mendatangi sebuah perkampungan, kampung itu telah sepi. Hanya beberapa orang saja yang masih menghuni perkampungan yang terletak di pinggiran hutan itu.
Tak jarang para penduduk kampung menjadi sasaran amarah tentara Belanda. Bahkan banyak pula yang disiksa, diseret dan dipukuli, ketika pertanyaan dari tentara Belanda itu tidak dijawab. Tak jarang pula mereka dibunuh ketika pasukan penjajah itu tidak puas dengan jawaban orang-orang kampung. Mereka dianggap telah memberi informasi bohong. Informasi tentang di mana markas para pejuang Indonesia, kala itu bersembunyi.
Anak-anak sudah sering, bahkan sudah terbiasa melihat penyiksaan dan pembunuhan terhadap penduduk pribumi oleh para tentara penjajah.
"Di mana markas tentara Indonesia berada? DORR....!" Hanya erang kesakitan yang terdengar dari mulut seseorang.
Beruntung. Anak berusia sekitar 12 tahun itu berhasil menyelamatkan diri setelah mengelabuhi beberapa tentara Belanda yang meng-interogasi dan menyiksa penduduk kampung yang belum sempat mengungsi.
Anak itu diminta oleh tentara Belanda untuk menunjukkan sumber air minum. Ia hanya menggeleng. Lalu tangannya menunjuk beberapa pohon kelapa yang tumbuh menjulang dengan beberapa buahnya yang menggerombol.
Tentara Belanda tergiur dengan segarnya air kelapa. Beberapa di antaranya berusaha memanjat pohon kelapa itu, namun mereka tak bisa karena tak terbiasa. Sehingga mereka bahu-membahu berusaha keras untuk mendapatkan beberapa buah kelapa.
Kesempatan itu tak disia-siakan oleh anak kecil itu. Ia bergeser tempat agar tak terlihat oleh penjajah yang bengis dan kejam. Setelah dirasa aman, ia berlari.
Tanjakan dan turunan, semak dan duri diterjang demi menyelamatkan diri menyusul orang-orang di pengungsian. Jatuh dari pematang tak lagi dirasakan. Dengan nafas ter-engah ia terus berlari. Berlari dan berlari sejauh mungkin.
1993
Ia ceritakan pengalaman pahit itu kepada anaknya yang berusia 12 tahun. Seusianya waktu menyelamatkan diri dari bidikan 'Bedil' Belanda.
Anaknya dengan antusias mendengarkan cerita sang ayah.
Sesekali sang anak memijit kaki ayahnya yang sudah mulai keriput. Berselonjor pada dipan bambu di beranda rumah.
2015
Sang ayah telah pergi. Meski pada waktu itu sang ayah tidak (belum) ikut berjuang untuk mengusir penjajah, tetapi perjuangan dalam mencari nafkah untuk keluarga serta perjuangan mendidik dan merawat anak-anaknya, Ayah tetaplah seorang pahlawan.
Pahlawan bagi keluarga.
2016
Ayah ... Kini tak lagi 'Ku dengar ceritamu. Namun, ceritamu akan aku ceritakan kembali kepada cucumu, kelak.
Semoga ayah tenang di alam sana.
Semoga ayah mendapatkan tempat yang layak di sisi-NYA.
Aamiin...
Berlari di antara lekuk-lekuk pematang sawah, seorang anak laki laki berusia sekitar 12 tahun, mencari tempat para pengungsi. Tak jarang anak itu jatuh-bangun dalam berlari.
Ya. Ia tertinggal saat para penduduk kampung mengungsi ke tempat yang lebih aman dari perang. Agresi militer Belanda kedua.
Pukul tujuh pagi. Saat tentara Belanda mendatangi sebuah perkampungan, kampung itu telah sepi. Hanya beberapa orang saja yang masih menghuni perkampungan yang terletak di pinggiran hutan itu.
Tak jarang para penduduk kampung menjadi sasaran amarah tentara Belanda. Bahkan banyak pula yang disiksa, diseret dan dipukuli, ketika pertanyaan dari tentara Belanda itu tidak dijawab. Tak jarang pula mereka dibunuh ketika pasukan penjajah itu tidak puas dengan jawaban orang-orang kampung. Mereka dianggap telah memberi informasi bohong. Informasi tentang di mana markas para pejuang Indonesia, kala itu bersembunyi.
Anak-anak sudah sering, bahkan sudah terbiasa melihat penyiksaan dan pembunuhan terhadap penduduk pribumi oleh para tentara penjajah.
"Di mana markas tentara Indonesia berada? DORR....!" Hanya erang kesakitan yang terdengar dari mulut seseorang.
Beruntung. Anak berusia sekitar 12 tahun itu berhasil menyelamatkan diri setelah mengelabuhi beberapa tentara Belanda yang meng-interogasi dan menyiksa penduduk kampung yang belum sempat mengungsi.
Anak itu diminta oleh tentara Belanda untuk menunjukkan sumber air minum. Ia hanya menggeleng. Lalu tangannya menunjuk beberapa pohon kelapa yang tumbuh menjulang dengan beberapa buahnya yang menggerombol.
Tentara Belanda tergiur dengan segarnya air kelapa. Beberapa di antaranya berusaha memanjat pohon kelapa itu, namun mereka tak bisa karena tak terbiasa. Sehingga mereka bahu-membahu berusaha keras untuk mendapatkan beberapa buah kelapa.
Kesempatan itu tak disia-siakan oleh anak kecil itu. Ia bergeser tempat agar tak terlihat oleh penjajah yang bengis dan kejam. Setelah dirasa aman, ia berlari.
Tanjakan dan turunan, semak dan duri diterjang demi menyelamatkan diri menyusul orang-orang di pengungsian. Jatuh dari pematang tak lagi dirasakan. Dengan nafas ter-engah ia terus berlari. Berlari dan berlari sejauh mungkin.
1993
Ia ceritakan pengalaman pahit itu kepada anaknya yang berusia 12 tahun. Seusianya waktu menyelamatkan diri dari bidikan 'Bedil' Belanda.
Anaknya dengan antusias mendengarkan cerita sang ayah.
Sesekali sang anak memijit kaki ayahnya yang sudah mulai keriput. Berselonjor pada dipan bambu di beranda rumah.
2015
Sang ayah telah pergi. Meski pada waktu itu sang ayah tidak (belum) ikut berjuang untuk mengusir penjajah, tetapi perjuangan dalam mencari nafkah untuk keluarga serta perjuangan mendidik dan merawat anak-anaknya, Ayah tetaplah seorang pahlawan.
Pahlawan bagi keluarga.
2016
Ayah ... Kini tak lagi 'Ku dengar ceritamu. Namun, ceritamu akan aku ceritakan kembali kepada cucumu, kelak.
Semoga ayah tenang di alam sana.
Semoga ayah mendapatkan tempat yang layak di sisi-NYA.
Aamiin...
Sepertinya admin lagi mengenang sang ayah, semoga beliau tenang di sana dan cerita itu nanti bisa diceritakan ke anak cucu beliua.
BalasHapusHe he... Iya, mbak Lis.
HapusKetika malam terlihat purnama yg cerah, aku selalu ingat cerita ayah sambil lesehan di depan rumah.
The firs super hero is Ayah..
BalasHapusBetul sekali di tahun 2016 ini nama ayah sudah jarang terdengar bahkan mulai menghilang.
What happen is this..?
Saya tidak tahu pasti, akan tetapi ayah tetaplah seorang ayah yang akan selalu menjadi pahlawan bagi anak-anaknya..
Nama 'Ayah' sudah jarang terdengar, mungkin karena sebutannya diganti 'Papa', mas. Wkwkwk
HapusYa. Benar sekali, mas. Ayah tetaplah ayah yg akan selalu berjuang dan menjadi pahlawan bagi keluarga.
Ayah, engkau telah lama pergi, banyak cerita dan nasehat yang telah engkau sampaikan
BalasHapusaku rindu padamu ayah, engkau ada dalam doaku, semoga Allah menerima amal ibadahmu, mengampuni dosamu, aamiin
Aamiin...
HapusMemang adakalanya kita akan teringat cerita dan nasehat dari seorang ayah yg kini telah tiada.
Tapi nama ayah akan selalu ada dalam setiap doa.
Pada bagian pertama saya seperti lagi baca sejarah Om. Tapi menarik sekali. Apalagi di setiap settingnya, mulai dari Ayah bercerita hingga Ayah sudah tiada.
BalasHapusItu memang kisah sejarah kehidupan masyarakat pada zaman penjajahan, Non Anggi.
HapusAlmarhum ayahku banyak bercerita kisah masa kecilnya disaat masa penjajahan.
Amin..
BalasHapusTeruslah berdoa kang dlm setiap waktu, saya merasa orang tua akan senang mendapat doa dari anaknya meskipun mereka tlah tiada.
yang sabar broo...! yang penting kirim doa untuk sang ayah tercinta yang sudah tenang dialam sana ya.
BalasHapusbenar banget tuh ayah adalah seorang pahlawan keluarga! tak perlu mencari pahlawan jauh jauh karena sosok pahlawan sejati adalah ayah kita sendiri.