Tangisan Bayi Dalam Kardus
Oleh: Djacka ArtubKategori: Fiksi
Anak bisa disebut sebagai penyempurna keharmonisan dalam rumah tangga. Apalagi di saat anak masih bayi dan sedang lucu-lucunya. Meskipun terkadang bertingkah menjengkelkan, tapi dari tingkah si kecil itu juga bisa membuat tertawa penuh kebahagiaan bagi orang tuanya. Namun tidak sedikit pula orang tua yang tega menelantarkan anaknya, bahkan membuangnya di tempat sampah atau di selokan maupun di sungai. Sangat begitu miris dan tragis.
Seperti yang aku temui pada bulan ramadhan yang lalu. Pagi sehabis sholat subuh, seperti biasa aku berjalan-jalan bersama teman untuk menikmati udara segar di pagi hari. Entah kenapa, yang biasanya aku dan teman-temanku memilih tempat yang ramai orang berlalu lalang untuk beraktivitas. Tetapi waktu itu aku ingin menikmati udara pagi di tempat yang sepi. Yang tak banyak dilalui oleh orang. Aku dan temanku memilih berjalan menyusuri pinggiran sungai yang mengalirkan air yang begitu jernih. Pada awalnya suasana begitu tenang, sejuk dan damai. Namun tiba-tiba indera pendengarku menangkap sebuah suara. Dalam keremangan pagi yang berkabut, sayup kudengar suara rintihan dan tangisan yang begitu menyayat. Suara tangisan bayi yang baru berusia beberapa hari. Aku dan temanku sempat kaget karena ada suara bayi menangis di pinggiran sungai pada saat pagi masih buta. Kami bertiga mencoba mencari arah sumber suara itu. Kemudian kami memberanikan diri untuk melakukan pencarian di semak-semak yang ada di pinggir sungai.
Kurang lebih limabelas menit kami melakukan pencarian. Kami berpencar. Tiba-tiba salah seorang dari teman memanggilku sambil menunjuk pada sebuah benda segi empat yang tergeletak di bawah pohon klampok. "Hey,... Sini...!" panggil temanku. Aku pun segera mendekat dan memperhatikan sebuah kardus yang ditemukan oleh temanku tersebut. Aku memberanikan diri untuk membuka kardus itu dan dibantu oleh kedua temanku. Dengan rasa penasaran dan perasaan takut, secara perlahan aku membuka kardus dan memperhatikan isinya. Dan ternyata,...
Memang benar! Dua bayi kucing meringkuk di dalam kardus. Mereka merintih kedinginan sambil menangis.
Wahhhh,.... Jiangkrik..!!! terlanjur serius membaca, ternyata cuma bayi kucing dalam kardus yang dibuang di pinggir sungai... cqiqiqiqiqiqiqiq
Maaf, bos.... Itu kucing, bos.... Haha
Padahal diawal tadi sdh jelas tertulis kalau kategorinya fiksi, tapi kenapa aku bacanya jadi serius.. Kena deh saya.. Jangkrik.. hihii
BalasHapusIya sih, itu memang fiksi. Tapi membacanya pasti baper, dikira fiksi tentang anak manusia beneran yg dibuang kan? Haha
HapusSaya kurang memperhatikan label fiksinya :)
HapusOalah ternyata bayi kucing to..syukurlah kang untung juga fiksi hehe
BalasHapusYa, untung dua kali, kang.
HapusPertama, yang dibuang cuma bayi kucing.
Sedangkan yang kedua ceritanya juga cuma fiksi. Hehe
Oalah ternyata bayi kucing to..syukurlah kang untung juga fiksi hehe
BalasHapusaku pikir itu bayi hasil hubungan terlarang, ternyata malah kucing.
BalasHapuslucuk ya kuccingnya ya? pengen cubit. haha.
Kalau bercerita tentang bayi yang dibuang karena hasil dari hubungan gelap, itu sudah biasa dijumpai di beberapa media berita, mas.
HapusJadi ya, aku mencoba menghadirkan hal baru. Wkwkwkwk
Eh, eh,... Kalau nyubit jangan hidungnya, mas. Ntar kucingnya nangis lho. Ckakakakk
Oaalaaa!! Pie toh tak kira bayi benar nggak tahunya...😃😃
BalasHapusKalau rintihan rondo dalam kardus reaksinya apa kang..😂😂😂😂🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Kalau nemuin rintihan rondo dalam kardus, reaksi saya akan meminta suap, kang. Hahahahahaa
HapusJadi kepikiran kenapa ya orang suka membuang anak kucing, apa sipemuang bayi kucing tidak punya hati nurani?
BalasHapusBiarpun bayi kucing punya hak utk hidup sama halnya dgn manusia
Ya, mungkin saja mereka para pembuang bayi kucing itu tidak mau memelihara bayi yang lahir di luar nikah, bu. Haha
HapusAku udah serius bacanya kang
BalasHapustak kira beneran ternyata bayi kucing
salam kenal kang
perdana mampir kesini
Hehe... Salam kenal balik, kang Adi.. Semoga betah dan gak kapok membaca tulisanku yg tak tentu arah. Wkwkwkk
HapusSumpah kirain bayi manusia ,wealah baya kusing. Kalau itu mah saya dulu juga suka buang bayi kucing :)
BalasHapusWaduh mas. Kukira kucing. Sekalinya jangkrik toh :D
BalasHapus