Senyum Gadis Gingsul
Oleh : Djacka ArtubKategori : Fiksi
Gambar: google.com |
"May,..." Sapaku, "Kau kah, itu?" di tengah hutan pinus di kaki gunung semeru, di bawah redup purnama yang mengintip dibalik rerimbun pepohonan, kulihat sesosok gadis yang pernah kukenal setahun yang lalu, walau hanya sesaat. Isyarat mimik gadis itu mengundangku agar mengikutinya berjalan di antara pohon pinus yang berjajar rapi di kaki gunung. Aku mengikuti langkahnya. Ia berjalan sangat cepat. Hingga aku sering hampir terjatuh tersandung tonggak saat mengikuti langkahnya.**
"Rey, lusa mau ikut ke hutan pinus Semeru, ndak?" tanya salah seorang teman. Aku pun men-iya-kan tawaran itu karena aku juga ingin memiliki pengalaman berpetualang seperti teman-temanku yang lain. Mereka [temanku], sudah sering melakukan pendakian gunung-gunung yang ada di pulau Jawa. Jadi, untuk menjawab rasa penasaranku ketika mendengar cerita petualangan dari teman-teman, aku pun setuju untuk ikut bergabung, berpetualang di gunung Semeru.
Pagi selepas sholat subuh, sesuai hari yang telah ditentukan aku telah bersiap dengan perbekalan untuk berpetualang. Kang Joyo, sebagai pemandu, ia telah menunggu di perempatan tempat pemberhentian bus yang tak jauh dari rumahku. Di kecamatan Jatirogo. "Teman-teman yang lain mana, Kang?" Tanyaku seraya membetulkan tas ransel di punggung sambil berjalan ke arah Kang Joyo yang duduk di samping lampu Bangjo perempatan Jatirogo.
"Masih menunggu Nafa." Kang Joyo menjawab pertanyaanku setelah mengembuskan asap rokoknya.
"Tapi semuanya sudah siap kan, Kang?"
"Sudah,... Tinggal menunggu Nafa saja."
Seperti wanita pada umumnya, Nafa selalu lama ketika bersiap untuk bepergian. Tapi Anis dan Whini sudah bersiap lebih dulu karena sore harinya mereka telah mempersiapkan segala keperluannya. Tak berselang lama, Anis, Nafa, Whini, dan juga Jeni, berjalan beriringan. Mereka menghampiri kami, "Yuk, kita berangkat." seru Nafa.
"Mau jalan kaki berangkatnya?" Sela Kang Joyo.
"Belum ada bus yang lewat, kang?" Jeni menimpali.
"Tadi sepertinya sudah ada satu bus yang lewat." Tukasku, "Tapi sebelum Kang Joyo datang kayaknya."
"TELOLET... TELOLETT...!" Tak lama kami menunggu, sebuah bus yang akan mengantarkan kami ke terminal Bojonegoro, datang dari arah barat. Bus yang baru keluar dari terminal Jatirogo itu masih terlihat agak kosong. Hanya beberapa orang penjual sayur yang tampak menumpangi bus tersebut. Kami segera naik dan mencari tempat duduk yang masih kosong. Setelah sampai di terminal Bojonegoro, perjalanan dilanjutkan dengan bus antarkota menuju kota Surabaya. Yang kemudian dilanjutkan lagi dengan bus jurusan Malang. Dalam perjalanan, kami asyik mengobrol tentang petualangan.
Sesuai rencana, kami sampai di tempat tujuan saat senja. Waktu yang pas untuk menikmati mentari senja di balik gumuk dan pucuk pinus. Namun rasa lelah membuat kami harus beristirahat terlebih dahulu.
Kumandang adzan maghrib terdengar dari toa masjid maupun dari mushola-mushola di perkampungan. Kami beranjak untuk menunaikan kewajiban terlebih dahulu sebelum mendirikan tenda untuk bermalam di kaki gunung Semeru, tepatnya di tengah hutan pinus.
Di antara pucuk pinus yang menjulang, secercah purnama tampak terlihat syahdu. Semua masih sibuk mempersiapkan segala keperluan. Kang Joyo membuat tenda dibantu Jeni. Mereka sudah berpengalaman. Anis, Nafa, dan Whini mengumpulkan ranting-ranting kecil untuk keperluan membuat api unggun. Aku masih terpana dengan pesona bulan purnama. Aku duduk di bawah pohon pinus. Maklum, aku yang baru pertama kali ikut berpetualang masih awam dengan segala keperluan yang dibutuhkan saat menginap di tengah hutan.
Dalam keremangan sinar rembulan di tengah hutan pinus, penglihatanku tertuju pada sesosok gadis yang berdiri mematung di antara pohon pinus yang berjajar. "May,... Kau kah, itu?" Aku berguman dalam remang. Lama kupandang, sesosok gadis itu tersenyum dan menampakkan giginya yang gingsul. "Benarkah kau 'May'?" Aku beranjak dari dudukku, berniat mendekat. Namun seorang gadis yang kulihat itu hanya tersenyum tanpa sepatah kata keluar dari bibirnya untuk menjawab pertanyaanku. Ia berbalik arah dan berjalan. Langkahnya terhenti, ia melengak ke arahku. Mimik wajahnya mengisyaratkan agar aku mengikuti langkahnya.
Tanpa sadar, langkah kakiku telah jauh meninggalkan teman-temanku yang sedang sibuk menyiapkan keperluan untuk bermalam. Kuikuti langkah gadis yang kutemui di tengah hutan itu dengan sangat cepat. Sesekali aku hampir terjatuh tersandung tonggak kayu yang terlihat meremang karena sinar rembulan yang terhalangi oleh rerimbun pepohonan itu tak mampu meneranginya.
Kerlip cahaya damar terlihat meremang dari sebuah pondok kecil. Aku berpikir, May juga sedang bermalam di hutan pinus yang berada di kaki Semeru itu bersama teman-temannya. Gadis itu berhenti di depan sebuah rumah sederhana yang tampak seperti sebuah pondok kecil dari kejauhan. Aku berjalan mendekat. Gadis itu tersenyum dan mengulurkan tanganya, mengajakku untuk masuk ke pondoknya.
"Rey...! Di mana kau...!" Lamat kudengar suara Kang Joyo memanggilku. Jeni, Nafa, Anis, dan Whini, pun bergantian memangil-manggil namaku dari kejauhan. Aku linglung. Rasa hati ingin mengikuti gadis yang ada di hadapanku, namun aku pun ingin menyahut teriakan teman-temanku. Namun mulutku terasa terkunci oleh pesona senyum gadis gingsul itu.
Di bawah rerimbun semak belukar, sorot mata tajam menyala dan gigi-gigi runcing siap menerkam. Seekor serigala kelaparan memandangku penuh nafsu. Kurasakan tangan dingin menarikku untuk segera masuk ke dalam pondok. Suasana sunyi. Hanya suara embus nafas kami berdua, aku dan gadis misterius itu yang terdengar dalam ruangan. Seketika pandanganku terasa gelap. "BLEKKK..!" Tak kudengar maupun kurasakan lagi apa yang selanjutnya terjadi.
*******
BalasHapusPesona gadis ginsul membawa Rey ke ruang gelap misterius? Ruang apakah itu? Apakah benar gadis ginsul itu adalah si May yang telah membuat Rey terpana? Ih serem ah... itu hutan pinus angker sepertinya
... pulang ah takut di culik tante kunti hihi...
Aku pun tak tahu. Apakah gadis itu benar May atau bukan. Yang jelas, senyum yg menampakkan gingsul giginya itu telah menarik perhatian Rey untuk mengikuti langkahnya.
HapusWahh.... Jawaban komentarku seperti menceritakan kisah nyata. Hahahahaa
Apa kata nenek, jangan main di gelap-gelap, akhirnya tuh kan pandangannya jadi ikut gelap, alias modar ya itu? Atau pingsan? Hihii
BalasHapusMungkin dia sedang semaput, kang. Hahahaja
Hapusini apakah kelanjutan cerbung yg di postingan sebelumnya ya mas? soalnya ada karakter rey dan may.
BalasHapussi may masih penuh mistery juga. mengajak rey ke pondok. duh, apa nanti rey akan menjadi tumbal ya? tapi untung temen-2 rey memanggilnya. eh, malah ada binatang buas yg siap memangsa. gimana ini kelanjutannya ya?
Iya, mas. Ini masih ada hubungannya dengan cerita sebelumnya.
HapusSoal May di hutan pinus itu mungkin hanya halusinasi Rey saja yg terlalu merindukan sesosok May. Hahahhaaha
Inilah yang dinamakan cinta, lah berangkatnya bersama wanita cantik-cantik kenapa terpesona pada wanita yang misterius. Ah cinta, kadang maunya itu yang aneh-aneh dan suka dengan tantangan.
BalasHapusOh may, may.... Saya jadi penasaran nama lengkapnya.
Nama lengkapnya ada di cerita sebelumnya, kang. Haha
HapusYa, begitulah kalau cinta sudah melekat. Meskipun bidadari yang datang menggoda, namun tak kan menggoyahkan rasa cinta pada satu nama. 😀😀😀😀
Itu fakta mas, rada2 seram gitu yaa,, tebakanku sech may itu hantu gitu,, pas baca semua malah bingung sendiri,, masih ada lanjutannya ya??
BalasHapusCuma fiksi, mas. Tak perlu bingung. Ntar malah diajak gadis gingsul masuk ke dalam hutan lho. Hahaha
HapusLanjutannya Insya Allah, ada. Tapi dengan judul yg berbeda. Hehe
may ituuuu bukan nama panjang dari mayat kan? ih ngeri ami wkwk
BalasHapusHaha... Bisa jadi. Soalnya dalam cerita di atas kan kemunculannya malam2 di tengah hutan. Wkwkwwkkk
BalasHapusCewek bergigi ginsul memang lebih mempesona
BalasHapusLha tokohe kok cah2 Blogger Tuban? Hehehe. Tapi jos Mas, terus berkarya.
BalasHapuslengkap banget pilihan cream 2 dikami..thanks ya bisa jadi rekomendasi nih
BalasHapus