Dewi Wulan Sari -1
"Dendam dan amarah telah menjauhkan kamu dengan kedua adikmu. Rasa penyesalan-lah yang kini akan kau rasakan." Sebuah suara datang dari arah yang tak diketahui. Suara itu menggema. Dewi terperanjat dan berdiri. "Siapa kau? Tunjukkan wujudmu!" Teriak Dewi Wulan Sari.
Oleh: Djacka Artub
Sekelebat bayangan putih menembus rerimbun pepohonan. Dewi Wulan Sari mengamati bayangan itu. Sekelebat hinggap di rerimbun gelap, lalu bayangan putih itu menghilang. Suasana hening. Dewi Wulan Sari mengamati keadaan sekitar. Namun karena suasana yang gelap, pandangan Dewi Wulan Sari hanya tertuju pada gelap. Ia tak dapat memastikan bayangan yang sekilas terlihat terbang di atasnya.
"AAUUUUUU......" Suara serigala malam kembali melolong. Deru suara embus angin menyempurnakan kengerian hutan di malam itu.
Dewi Wulan terduduk lelah. Dengan memeluk kedua kaki, dan membenamkan wajahnya bertumpu pada kedua lutut, ia pasrah. Tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali hanya menyesali ke-egoan hati yang telah dirasuki oleh rasa dendam dan amarah.
Dewi Wulan Sari terbangun kaget. Cahaya putih berkilauan turun dari gelapnya rerimbunan, dan berhenti tepat di hadapannya. Sebuah suara yang tidak asing baginya, keluar dari cahaya putih itu. "Kembalilah ke padepokan Nyai Manyura." Seorang lelaki bersurban dan berjenggot putih nampak tersenyum. Melambai memberi isyarat pada Dewi Wulan, kemudian menghilang bersama lenyapnya cahaya putih yang berkilauan. "Kakek...!" Teriak Dewi Wulan. ***
"Kak,... Kakak Wulan kemana?" Dewi Nawang Sari bertanya pada kakaknya, Dewi Nilam Sari.
"Nawang jangan sedih ya. Nanti kita cari kak Wulan bersama-sama." Dewi Nilam Sari menghibur adiknya.***
Remang cahaya menerangi gelap malam. Rona jingga sang mata dewa nampak perkasa di antara mega. Nyanyian burung mengalun bersahutan pada ranting-ranting pepohonan. Dewi Nilam Sari menggandeng adiknya menyusuri pucuk-pucuk dedaunan yang tertebas. "Kita ikuti bekas tebasan daun-daun ini ya. Kita susul kak Wulan." Kata Dewi Nilam Sari pada adiknya. Dewi Nawang Sari mengangguk. "Iya, kak."
"Kemana ya, arah kak Wulan?" Dewi Nilam Sari kebingungan. Ranting dan rerumputan bekas tebasan pedang kakaknya tak lagi dijumpai. Hanya rimba belantara yang nampak di depan.
"SSSSHHHH.... SSSSSHHH....." Desisan suara ular besar terdengar di telinga Dewi Nilam dan Nawang Sari. Dewi Nilam Sari merangkul erat adiknya. Dewi Nawang Sari 'pun erat memeluk tubuh sang kakak.
Kera-kera liar gaduh berloncatan di antara pepohonan. Kedua bola mata Dewi Nilam Sari melirik ke kanan-kiri. Pelukan Dewi Nawang Sari semakin kuat.
"SSSSSSHHHH.... GRRRRR.....SSSSSSHHH.... GRRRRR....." Terdengar gaduh di antara lebat rimba. Suara kera tak kalah gaduh berloncatan melihat perkelahian seekor harimau dan seekor ular besar.
Dewi Nilam menggandeng tangan adiknya. Berlari bersembunyi di balik pohon besar. Mereka melihat perkelahian dua binatang buas. Cengkeraman dan lilitan yang dahsyat ditunjukkan ular dan harimau itu dalam perkelahiannya. Kedua mata gadis kakak-beradik itu tak melepaskan pandangannya dari pergulatan liar itu.
Tangan Dewi Nawang Sari melingkar kuat memeluk tubuh kakaknya, Dewi Nilam Sari. Tangan Dewi Nilam tak kalah kuat. Mencengkeram batang pohon besar hingga terkelupas.
Lilitan tangan Dewi Nawang Sari pada tubuh Dewi Nilam Sari terlepas. Kembali tangan gadis kecil itu melilit-lilit pada pepohonan. Sesekali telapak tangannya mematuk dedaunan hingga rontok jatuh ke tanah.
Tak jauh dari Dewi Nawang Sari, Dewi Nilam Sari meloncat dan menerkam batang-batang pohon besar. Sesekali terdengar suara mengaum dari mulutnya. Banyak batang terkelupas kulitnya oleh cakaran dan terkaman tangan Dewi Nilam Sari.
Pertarungan berakhir. Seekor ular besar terkulai lemah tak berdaya. Harimau 'pun lemas. Tergeletak dengan nafas dan tenaga yang hampir lepas dari raga.
Gaduh suara dan loncatan kera tak lagi terdengar. Sunyi. Mereka duduk pada dahan-dahan pepohonan, menyaksikan kedua gadis belia memperagakan gerakan lilitan dan terkaman. Jurus ular dan harimau.***
Jadi pertarungan antara ular dan harimau, gerakan mereka ditiru oleh Dewi Nilam dan Dewi Nawang, sepertinya mereka berdua mendapat ilmu gaip.
BalasHapusTak tunggu sambil ngopi kelanjutannya, ojo suwi-suwi yo.. hehe
Kenapa gerakan beladiri selalu meniru dari hewan ya?
BalasHapusmantaff nihh ceritanyaaa....suksess mass
BalasHapusHe..he..
BalasHapusRupanya nilam dan wulan menyaksikan pertarungan dua hewan tersebut. Awas jangan terlalu dekat, nanti bisa ketahuan jadi repot!
jadi dewi nilam sari dan dewi nawang sari masih belia ya sob kok berani sekali masuk kehutan ya dan agak binggung juga saya sama bagian akhir part kedua ini kok mereka memperagakan pertaungan ular dan harimau
BalasHapusditunggu kelanjutannya
Wah, dari sini mulai seru lagi nih ceritanya.
BalasHapusNgebayangin cewek cewek melakukan gerakan bela diri... Ciat ciat jurus ular menggeliat *apa deh... Hehe
BalasHapusWalaupun agak telat nginkuti, tapi seru sekali, dan kata-katanya juga di bumbui kata-kata puitis, seperti sandiwara radio.
BalasHapussetelah tahu gerakan ular dan harimau yang sedang berkelahi.., sepertinya Dewi Nilam dan Dewi Nawang jadi sepasang pendekar wanita pilih tanding nich..! chiaaatttttt..! hehe
BalasHapusNilam dan Nawang, mendapatkan jurus ular dan harimau setelah menyaksikan pertarungan ular dan harimau
BalasHapusNilam dan Nawang cerdas ya