Pelajaran dan Pengalaman dari Sebuah Perjalanan
Arektuban.com, Akhir bulan yang juga akhir tahun 2016 lalu, aku mengisi liburan dengan blusukan (sebenarnya bukan blusukan sih,... Aku berkunjung ke rumah kerabat di sana... haha) di wilayah kabupaten Jember, Jawa Timur. Tapi semenjak di sana aku memang suka blusukan ke hutan buatan di pekarangan yang banyak tumbuh pepohoan layaknya sebuah hutan lindung.
Perjalanan yang sangat melelahkan karena jarak tempuh yang lumayan jauh dari tempat tinggalku di Tuban. Berangkat dari Tuban jam 5 pagi, sampai sana jam setengah delapan malam. Maklum, karena aku naik kendaraan umum. Dan kemacetan menjadi penghambat utama karena memang bersamaan dengan musim liburan.
Namun rasa lelah terbayarkan saat pagi hari kuhirup udara segar dan pemandangan panorama alam yang indah.
Seminggu di Jember, banyak sekali kenangan dan pengalaman serta pelajaran yang aku dapat. Mulai dari sejuknya udara di sana, dan juga rindangnya pepohonan yang tumbuh subur. Selain itu, gunung argopuro yang menjulang tinggi dengan hiasan awan putih sangat indah dipandang dari kejauhan. Namun sayang sekali aku tidak sempat mengambil gambar panorama indahnya gunung itu. Padahal seminggu di sana. Hikz... Hanya foto selfie di bawah rindangnya pepohonan saja yang aku punya dan menjadi kenangan saat berada di kabupaten Jember.
Blusukan di Balung Kulon - Jember |
Pengalaman lain yang aku dapat dari sana, penduduknya ramah-tamah. Dan masih ada satu lagi pengalaman dan pelajaran sangat berharga yang aku dapat dari sana. Kasih sayang dan pengorbanan orang tua terhadap anaknya.
Ya,... Sepasang suami istri rela tinggal di rumah kecil berukuran kurang lebih 4 X 4 meter. Padahal di sampingnya bangunan rumah yang lumayan besar berdiri. Rumah itu ditempati oleh anak pasutri itu. Sedang di bagian belakang, anaknya yang lain juga menempati rumah yang lumayan besar dan bagus. Kedua rumah yang ditempati bersama keluarga masing-masing kedua anaknya itu katanya juga pemberian orang tua. Sementara sang orang tua rela tinggal di rumah yang sangat kecil.
Lho kok, aku jadi ngomongin orang sih? Haha.
Bukan. Bukan itu yang aku maksudkan. Aku tidak bermaksud membicarakan rumah tangga orang lain. Tetapi aku hanya kagum terhadap kedua orang tua itu. Pengorbanan dan kasih sayang terhadap anak-anaknya begitu besar. Meski kedua anaknya sudah berkeluarga, tetapi kasih sayang orang tua tak pernah memudar. Ia rela tinggal di rumah kecil, walau sebenarnya ia bisa membangun rumah yang lumayan lebih besar. Namun ia rela rumah yang lebih besar dan bagus ditempati oleh anak-anaknya bersama keluarga.
Dan aku dengar dari tetangga sekitar, orang tua itu tinggal berdua bersama pasangannya dirumah kecil bukan karena anaknya tidak mau dikumpuli. Bahkan kedua anaknya ingin orang tuanya tinggal bersamanya. Tapi orang tuanya menolak. Mereka tidak mau merepotkan anak-anaknya selagi mereka (orang tua) masih sanggup bekerja untuk menyambung hidup. Semua itu dilakukan demi kebahagiaan sang anak.
Katanya,... Kebahagiaan anak adalah kebahagiaannya juga. Kebahagiaan orang tua.
Masya Allah...
Orang tua akan merasa bahagia jika anaknya hidup bahagia.
Kerja keras orang tua untuk sang anak. Orang tua tidak menuntut apa-apa dari anak. Orang tua hanya menginginkan anak-anaknya hidup rukun, damai dan sejahtera.**
Nah, tugas kita sebagai anak adalah berbakti. Berbakti kepada kedua orang tua.
Sudahkah kita berbuat seperti itu kepada orang tua kita?
Saya sendiri merasa belum bisa membahagiakan orang tua. Hikz...
He..he..
BalasHapusYang terpenting ada niat untuk membahagiakan saja sudah dicatat sama malaikat loh..
Lanjutkan terus perjalanan!, kalau kesepian ajak satria biar rame 😂
Nggih, mas. Hehehe
HapusSebenarnya aku memang suka melakukan perjalanan. Apalagi perjalanan di hutan².
Kalau ngajak kang Satria mah, perjalanannya ke rumah janda. Hahaha
Perjalanan hidup, eh perjalanan mencari sesuap nasi sebongkah berlian, eh salah lagi maaf
BalasHapusOrang tua selalu saja punya alasan untuk membuat anak-anaknya bahagia
kadang pilu melihat pasangan usia senja yang memilih tidak mau tinggal dengan anak-anaknya dg alasan tdk mau mengganggu kebahagiaan rumah tangga anaknya, tp itulah orang tua dia berhak memilih caranya sendiri, semoga saja pasangan senja ini sehat dan selalu dalam lindungan Allah Subhanahuwataalla
Aamiin...
HapusPerjalanan hidup memang kadang lancar, terkadang juga tersendat. Demi kebahagiaan orang yg kita sayangi, terkadang kita rela melakukan apapun yang tebaik bagi dia.
Hah? Dia? Dia siapa?
Au ah.... Wkwkwkwk
Bahkan, orang tua rela menjadikan pundaknya sebagai pijakan untuk anaknya meraih cita-cita. Lanjutkan mas, sekali kali maenlah ke Riau juga. hehe :D
BalasHapusBentul, mas. Eh, betul maksudnya. Haha
HapusYa begitulah orang tua. Demi kebahagiaan sang anak, makan sehari sekali pun ia rela.
Perjalanan ke Riau?
Wahh... Jauh, mas. Sebenarnya juga pingin sih, melakukan perjalanan jarak jauh. Tapi nggak ngerti jalurnya. Wkwkwkwk
Wah, jadi ingin blusukan saya, sekali-kali blusukan ke kampung saya, kang Djac.
BalasHapusBegitulah pengorbanan ortu tapi terkadang kita sebagai anak tak mengerti hal itu.
Wah, sebenarnya saya juga pingin blusukan ke daerah mbak Lisa. Tapi belum kesampaian.he he
Hapus