PERHATIAN!
Cerita di bawah ini hanyalah fiktif belaka.
disengaja
Dan cerita ini hanyalah cerita konyol
Maka jangan heran jika mendapati
adegan-adegan konyol dalam alur
ceritanya.
Prahara Cinta Dewi Arum - 1
Prahara Cinta Dewi Arum - 2
Prahara Cinta Dewi Arum - 3
Prahara Cinta Dewi Arum - 4
Prahara Cinta Dewi Arum - 5
Judul: Prahara Cinta Dewi Arum
Karya: Djacka Artub
Genre: Konyol
Foto: Dewi Indah Kafid Editor: Djacka Artub |
Prahara Cinta Dewi Arum - 6
"Sebaiknya kita lihat keadaan tuan putri." Ajak Jaka Kelana.
Perlahan Jaka Kelana membuka penutup kotak tempat ia menyembunyikan Dewi Arum.
Betapa terkagetnya ia setelah melihat kondisi Dewi Arum meringkuk tak bergerak di dalam kotak. Warna kulitnya membiru.
Jaka Kelana gugup dan segera menutup kembali penutup kotak itu. Ia menghalangi Datin Tya dan Indah Prameswari yang ingin mendekat dan melihat keadaan Dewi Arum yang bersembunyi di dalam kotak.
"Ada apa, Jaka?" Datin Tya bertanya dengan heran, "kenapa kamu terlihat gugup sekali?"
"Jangan bilang, princes Dewi menghilang." Sahut Indah Prameswari.
"Eng ... nganu...." Jaka Kelana bingung harus bagaimana menjelaskannya, "eee ... ma,_,maaf, Datin,.. Nimas. Eee ... Tuan putri,...."
"Jangan nganu nganu terus!" Bentak Indah Prameswari. "Dan kenapa kau menghalangi kami turut melihat ke dalam kotak itu?" Indah Prameswari semakin curiga dengan Jaka Kelana. "Minggir..!"
Jaka Kelana terpelanting beberapa beberapa langkah setelah Indah Prameswari mendorongnya. "DHUGG..!" Datin Tya menendang kaki Jaka Kelana yang menghalangi langkahnya.
Indah Prameswari dibantu Datin Tya membuka penutup kotak. Bola mata keduanya terbelalak melihat apa yang terjadi dengan tuan Putri mereka. "Jakaaaa.....!!!" Teriak Indah Prameswari.
"Seharusnya, Nimas Ayu bukannya memanggil tuan Putri? Kok malah memanggil Jaka?" Datin Tya menatap heran Indah Prameswari.
Indah Prameswari terdiam sejenak, "kok, Datin Tya nyalahin saya?"
"Siapa juga yang menyalahkan Nimas Ayu? Saya cuma mengingatkan."
"Memangnya saya lupa ingatan?"
Jaka Kelana senyum-senyum melihat perdebatan antara Datin Tya dan Indah Prameswari. Ia duduk di atas tumpukan karung di pojok ruangan. Dengan santainya ia menyulut rokok yang tinggal satu batang. "Silit njaran..!!!" Jaka kelana terperosok karena duduknya terlalu ke belakang.
Datin Tya dan Indah Prameswari menghentikan perdebatan. Mereka diam. Memandang Jaka Kelana yang terlihat kakinya jumpalitan ke atas. "Hahahaa.... " Tertawa Datin Tya dan Indah Prameswari. *****
Hening. Tanpa sepatah kata keluar dari mulut prabu Fajar Gumelar. Ki Ronggo dan patih Santri Mbeling 'pun hanya diam dan saling pandang.
"Sudah lima bulan putriku menghilang tanpa jejak." Sang Prabu mencairkan kebisuan. "Harus kemana lagi aku mencarinya."
"Apa perlu kita pergi kembali ke rumah Nyai Nifa, Gusti?" Patih Santri Mbeling memberi saran.
"Bukankah dulu Nyai Nifa sudah tidak sanggup melacak keberadaan tuan Putri?" Ki Ronggo membantah.
"Ya, siapa tahu sekarang kesaktian Nyai Nifa sudah bertambah." Patih Santri Mbeling berkata tenang, "aku dengar beliau habis memanen lombok. Siapa tahu beliau sudah membeli gadget baru yang lebih canggih."
"Hmmmm .... Baiklah, besok kita kembali ke rumah Nyai Nifa." Ucap sang prabu menyetujui usul Santri Mbeling. "Sekarang kalian silahkan beristirahat dulu." Perintahnya kepada kedua abdi setianya.
"Emmmm ... Gusti prabu tidak tidur?" Tanya Santri Mbeling.
"Ya,... Makanya aku menyuruh kalian tidur karena aku juga sudah ngantuk."
"Ouwh... Ya sudah. Kami mohon diri, Gusti." Pamit Ki Ronggo.
"Eiitzz... Tunggu dulu." Prabu Fajar Gumelar menghentikan langkah Ki Ronggo dan Patih Santri Mbeling, yang baru saja ingin melangkah pergi.
"Ada apa, Gusti?" Ki Ronggo berbalik badan.
"Hmmmm ... Sepertinya nanggung kalau kita tidur. Malam akan segera pergi, dan fajar akan segera datang menyambut pagi.
Lihatlah langit di ufuk timur. Mega melintang berwarna jingga, menandakan terbit mentari akan tiba. Dan nyanyian burung bersahutan, menyambut hangatnya mentari pagi.
Di situlah para bapak tani mengawali hari, pergi ke sawah menanam padi. Dan para ibu tani menyiapkan makan pagi untuk para suaminya.
Apakah kita tidak menghormati mereka? Akankah kita enak-enakan tidur, sementara mereka sudah beraktifitas di sawah dan ladangnya?" Prabu Fajar Gumelar berkata panjang lebar. Ia memandang cakrawala yang jingga dengan tatapan semangat menyongsong masa depan. Tangan kanannya memegang pilar pendopo kerajaan.
"Hmmmm.... " Prabu Fajar Gumelar mengeleng kepala saat ia membalikkan badan menghadap kedua abdi setianya.
Seperti mendengarkan dongeng sebelum tidur, Ki Ronggo dan patih Santri Mbeling tertidur pulas setelah mendengar sang prabu berbicara panjang lebar. "Sepertinya mereka kekurangan asupan kopi. Hmmmm..." Gumamnya.******
Di kerajaan sosor bebek.
Prabu Menyok merencanakan untuk menetapkan hari lamaran putranya. Pangeran Prada Prasetya. Beberapa anggota keluarga kerajaan dan para sesepuh diminta untuk urun rembuk kapan hari yang baik guna melangsungkan lamaran ke kerajaan sampar banyu.
Pangeran Prada Prasetya sudah tak sabar ingin mempersunting Dewi Arum. Kecantikan Dewi Arum selalu membayang dalam pikirannya. Pagi, siang, sore, dan malam hari, wajah Dewi Arum selalu melintas dalam benaknya. Terkadang ia senyam-senyum sendiri, bahkan ia kadang berbicara pada debok (pohon pisang). Yang terlihat olehnya adalah sesosok makhluk Tuhan yang paling seksi. Yaitu princes Dewi Arum.
Melihat keadaan putranya yang semakin hari semakin parah, prabu Menyok segera mengutus adipati Kencuz pergi ke kerajaan sampar banyu untuk menyampaikan niatnya melamar Dewi Arum.
Prabu Menyok merasa khawatir kalau sampai terjadi apa-apa pada pangeran Prada Prasetya karena sering terlihat senyam-senyum dan berbicara pada pohon pisang maupun tiang penyangga teras pendopo kerajaan.
Layaknya pemeran sinetron anak jalanan, dengan kecepatan 120 mil per jam, adipati kencuz menggeber kuda besinya menerobos jalan mulus beraspal.
Sesampai di sebuah perkampungan, adipati Kencuz dibuat heran dan kaget oleh sekelompok anak muda dengan membawa selembar kertas bertuliskan 'Om telolet Om'. Dan mereka 'pun meneriakkan kata-kata seperti yang tertulis dalam selembar kertas yang dibawanya.
"Ada demo apa lagi ini?" Pikir adipati Kencuz bertanya dalam hati.
Karena takut terkena sasaran amuk masa, adipati Kencuz menambah kecepatan kudanya. Namun lagi-lagi ia memergoki segerombolan anak muda seperti yang baru saja dilaluinya. Adipati Kencuz kembali menggeber kuda besinya lebih kencang lagi.
Wah ikut-ikutan ada demo ternyata :D
BalasHapusKonyol juga ya? Di jaman kerajaan udah ada demo. :-D
HapusOm..tolelet om!
BalasHapusDasar payah baru punya kereta kuda saja sudah kebut-kebutan! Awas saja nanti tak adukan kepada dewi arum 😂
Yahh... Mas Indra suka gitu dech. Apa² diadukan. Haha
HapusOm tolelot om! Hahaha
BalasHapusAwas penulisnya pun ikutan terbirit-birit karena ada demo. Wkwk
Wwkwkwk.. Tau aja, kalau aku nggak suka demo.
HapusTapi suka nonton. (Dari tipi) :-D
Jaka Kelana terperosok gara2 kualat senyum2 liatin datin sama Indah prameswari debat :D
BalasHapusSebenarnya Jaka Kelana kualat karena dia si pembuat masalah. Hahhaa
Hapusohhh.., jadi Djacka Artub ini orang Tuban toh,
BalasHapusaku yo kuliyah nang Tuban Unirow lo mas, sering dolan nang alun2, hehehe
Nggih, mbak. Tapi saiki merantau nang sby.
HapusMbak Amel kuliahnya di Tuban juga toh?
Dulu aku yo tau nang unirow. Tapi bukan sedang kuliah.
Melainkan cuma mampir diajak teman. Haha
"silit njaran" itu artinya apa sih? bingung kok ada hubungannya dengan duduk terperosok
BalasHapusmangkanya kalau duduk jangan di lubang, jd terperisokkan
hehe
'Silit njaran' itu kata umpatan. Jadi jangan ditiru. Hahahaha
HapusHubungannya dengan terperosok ya karena jengkel. Wkwwkwkk
dewi oohh!! dewi... haahaa!!! kebetulan mau janjian nih kang sama yang namanya dewi arum..cuma batal karena nganu... ???
BalasHapusAwas... Ntar aku bilangin sama pak Nana lho.. Haha
HapusApa memang janjinya batal karena udah ketahuan sama pak Nana?