DOA YANG TAK TERDUGA
Akhir November, 2004.
Terurai rambut seorang gadis yang sedang berdiri di tepi pantai itu melambai-lambai ter-embus angin.
Aku yang sedang berdiri di depan gerbang pintu keluar terminal Tuban, tatap mataku tertuju pada gerak-gerik gadis itu. Sesekali ia melihat jam tangannya. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang.
Sekitar setengah jam aku berdiri di tempat itu untuk menunggu bus jurusan kota Surabaya. Tak lama kemudian, sebuah bus melaju perlahan menuju gerbang pintu keluar terminal.
"Surabaya, Surabaya...!" Teriak sang kondektur ketika bus itu telah berada di depanku.
Aku segera melangkahkan kaki untuk naik bus dengan jurusan kota Surabaya tersebut.
Tak seperti pada hari-hari biasa, ketika musim arus mudik maupun arus balik, penumpang bus selalu penuh sesak oleh para penumpang. Ketika berada di dalam bus, Aku menoleh ke kanan-kiri untuk mencari tempat duduk yang masih kosong. Rupanya masih ada satu bangku kosong yang tersisa untukku. Aku segera menuju bangku itu, dan seorang lelaki paruh baya yang telah duduk sebelumnya menggeser duduknya dan mempersilahkanku untuk duduk, kemudian ia berdiri. Rupanya lelaki itu seorang pedagang asongan.
Perlahan bus kembali berjalan dan sebelum bus yang kutumpangi itu melaju kencang, kulihat ke luar melalui kaca, seorang gadis yang aku perhatikan sebelumnya sudah tak ada di tempatnya.
"Permisi, Mas." Aku segera menoleh ke sumber suara itu.
"Silahkan, Mbak." Jawabku mempersilahkan gadis itu untuk duduk. ( Rizeki.... ) :-D
Seakan tak percaya namun nyata, gadis cantik yang sedari tadi aku perhatikan tiba-tiba duduk bersanding denganku.
DAG. DIG. DUG. Suara detak jantungku berdebar tak ber-irama. Selanjutnya aku hanya diam tanpa ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir manisku. (huweeekkkkk....) Pura-pura jual mahal.
"Dari mana, Mas?" Tanya gadis itu tiba-tiba.
"Tadi dari bawah, terus naik bus ini." Jawabku sambil berusaha melucu.
"Ouw..." Gadis itu pun berusaha untuk mengerti. (Meskipun sebenarnya dia terpesona muak mendengar jawabanku).
"Hehehe..... Aku asal Tuban sini saja kok, Mbak." Gadis itu pun tersenyum mendengar penjelasanku. "Kalau sampeyan dari mana?" lanjutku bertanya balik.
"Eemmm ... " Gadis itu tak melanjutkan menjawab pertanyaanku.
"Oleh-olehnya, Mas. masa' pengantin baru nggak bawain oleh-oleh buat mertua?" Tiba-tiba datang suara tak diundang mengacaukan suasana. Rupanya seorang penjual "Dumbek," jajanan khas Tuban ini, sedang menawarkan barang dagangannya.
"Pengantin baru gundulmu." Celoteh batinku.
Sementara gadis yang di sampingku hanya tersenyum simpul mendengar celotehan penjual dumbek tersebut.
"Ayo, Mas. Oleh-olehnya buat mertua. Tuch, Mbak-nya senyum-senyum." Sang penjual itu pun kembali bermanuver untuk merayuku, agar aku membeli barang dagangannya.
"Ya sudah. Aku beli sepuluh biji ya, Pak." Akhirnya aku pun membeli sepuluh biji dumbek dari penjual itu. Dan setelah aku membayarkan sejumlah uang, sang penjual itu pun mendoakan agar kami tetap langgeng menjadi pasangan suami-isteri. Dan suara sumbang yang tak kusangka-sangka keluar dari bibir gadis yang sedang berada di sampingku tersebut. "Aamiin..." katanya.
Sebuah pengalaman yang konyol menurutku. Bagaimana tidak? Seorang gadis tinggi semampai yang awalnya hanya kupandangi dari seberang jalan, akhirnya di dalam bus ia duduk bersanding denganku. Setelahnya ada yang bilang bahwa kami pasangan pengantin baru. Padahal baru pertama kalinya aku bertemu gadis itu, bahkan berkenalan saja belum.
"Ah, sungguh konyol..." Aku selalu menggerutu dan tak habis pikir dengan kekonyolan ini.
"Ini, Mas. Silahkan dimakan." Lagi dan lagi, aku selalu dibuat konyol oleh keadaan. Sebuah dumbek yang telah terkupas tiba-tiba siap tercaplok olehku. Rupanya gadis itu telah mengupasnya untukku. ( heemmm.... Rizeki anak sholeh). :-D
Perjalanan yang membuat hidup semakin hidup rasanya. Dan akhirnya aku dan gadis itu saling bertanya asal dan tujuan masing-masing, yang ternyata kami berasal dari kota yang sama, dengan tujuan perjalanan yang sama pula. Sebenarnya gadis itu tandinya sedang menunggu teman kerjanya untuk balik bareng, namun temannya tidak datang-datang hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk berangkat duluan.
Tak terasa, akhirnya perjalanan kali ini sudah sampai di terminal kota Surabaya. Dan kami pun berpisah untuk melanjutkan perjalanan masing-masing.
Selanjutnya kami hanya saling kontak via telephone dan sms. Dan hubungan pun berlanjut hingga akhirnya "Doa yang tak terduga, menuju malam yang bahagia"
** SEKIAN **
Cerita Fiksi Setengah Nyata.Ditulis oleh DjackaArtub
Tidak ada komentar:
Posting Komentar